Perancangan Algoritma Audio Watermarking & Performansinya
Abstrak
Dalam
makalah ini kami akan memaparkan kriteria-kriteria perancangan algoritma untuk
audio watermarking, cara atau teknik yang dipakai pada algoritma-algoritma
audio waterwarking yang ada dan kriteria-kriteria apa saja yang sebaiknya
dipakai untuk menguji performansi dari algoritma audio waternarking tersebut
berdasarkan literatur-literatur yang dibaca penulis.
Pendahuluan
Saat
ini orang dapat dengan mudah membuat atau menyalin konten multimedia, baik itu
analog ke digital atau sebaliknya dan digital ke digital, dengan bantuan
komputer yang cepat dan murah, dan internet memudahkan kita menyebarkan
konten-konten multimedia tersebut dengan cepat.
Hal
ini menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk melindungi hak kepemilikan data
digital dalam hal ini data audio.
Salah
satu cara untuk melindungi hak kepemilikan data suara digital adalah dengan
audio watermarking. Saat ini telah banyak dibuat dan dikembangkan teknik dan
algoritma untuk audio watermarking. Makalah ini akan memaparkan
kriteria-kriteria apa yang harus diperhitungkan dalam membuat algoritma audio
watermarking dan cara mengukur performansi algoritma tersebut.
Kriteria-kriteria yang diinginkan
dari suatu algoritma audio watermarking
Menurut Arnold1) secara
umum watermarking dapat dibedakan
menjadi:
− Watermark rahasia. Informasi yang
disimpan, disembunyikan dan hanya bisa diakses oleh orang-orang yang mengerti
tentang informasi ini. Biasanya dipakai untuk otentifikasi.
− Watermark publik. Informasi yang
disimpan dapat dilihat oleh semua orang tetapi tidak dapat dirubah atau diubah
oleh orang lain.
Berdasarkan pembedaan diatas maka
kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam membuat suatu algoritma adalah:
Kriteria pemrosesan signal:
- Watermark harus tidak dapat dideteksi oleh pendengar.
- Watermark harus tetap atau tidak berubah walau data mengalami perubahan yang disengaja atau tidak disengaja, contoh kompresi, resampling, cropping, scaling, dll Kriteria keamanan.
- Keamanan prosedur watermarking harust berdasarkan kunci bukan pada kerahasiaan algoritma.
- Algoritma sebaiknya tidak dirahasiakan
- Statistically undetectableAlgoritma sebaiknya dibuat berdasarkan formula matematis.
- Prosedure implementasi sebaiknya symmetric or asymmetric (dalam maksud algoritma kriptografi kunci publik), tergantung aplikasi.
Metode dalam audio watermarking
Secara
umum metode dalam audio water marking dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar:
Data Domain
Metode
ini bekerja dengan cara merubah data audio yang akan disisipkan watermark.
Contohnya dengan merubah LSB (Least Significant Bit) dari data tersebut. Secara
umuim metode ini rentan terhadap proses kompresi, transmisi dan encoding.
Beberapa teknik algoritma yang
termasuk dalam metode ini adalah:
- Compressed-domain watermarking
Pada teknik ini hanya representasi data yang terkompresi yang diberi watermark. Saat data di uncompressed maka watermark tidak lagi tersedia, ini menyebabkan keadaan data yang tidak persistent. - Bit dithering
Watermark disisipkan pada tiap LSB, baik pada representasi data terkompresi atau tidak. Teknik ini membuat noise pada signal. - Amplitude modulation
Cara ini membuat setiap puncak signal dimodifikasi agar jatuh ke dalam pita-pita amplitudo yang telah ditentukan - Echo hiding
Dalam metode ini salinan-salinan terputus-putus dari sgnal dicampur dengan signal asli dengan rentang waktu yang cukup kecil. Rentang waktu ini cukup kecil sehingga amplitudo salinannya cukup kecil sehingga tidak terdengar.
Frequency Domain
Metode
ini bekerja dengan cara merubah spectral
content dari signal. Misalnya dengan cara
membuang komponen frekuensi tertentu atau menambahkan data sebagai noise dengan
amplitudo rendah sehingga tidak terdengar. Secara umum metode ini bekerja
dengan cara merubah spetrum frekuensi atau dengan cara menambah noise.
Beberapa teknik yang bekerja dengan
metode ini:
- Phase coding
Bekerja berdasarkan karakteristik sistem pendengaran manusia (Human Auditory System) yang mengabaikan suara yang lebih lemah jika dua suara itu datang bersamaan. Secara garis besar data watermark dibuat menjadi noise dengan amplitudo yang lebih lemah dibandingkan amplitudo data audio dan lalu digabungkan. - Frequency band modification
Informasi watermark ditambahkan dengan cara membuang atau menyisipkan ke dalam pita-pita (band) spectral tertentu. - Spread spectrum
Dalam metode ini, signal yang membawa data watermark di modulasikan ke dalam noise pita lebar (wideband noise) setelah sebelumnya di multiplikasi dengan suatu pseudorandom sequence.
Kriteria pengujian algoritma audio
watermarking
4 kriteria untuk pengujian sebuah
algoritma audio watermarking. Sebenarnya kriteria ini juga dapat dipakai untuk
menguji algoritma watermarking untuk image atau video juga2).
1.
Bit
Rate
Jumlah data watermark yang dapat
disisipkan dengan baik ke dalam data per satuan ruang atau waktu (per pixel
atau per detik). Tingkat keterbaikan dapat dihitung dengan cara menghitung bit error
rate (BER) dari watermark yang dekstrak
dari data.
2.
Perceptual
Quality
Dilihat dari pengaruh dari data
watermark terhadap data penampung. Debgab kata lain besarnya pengaruh data
waternark terhadap data penampung. Seperti apakah suara menjadi berubah, timbul
noise, dll. Adalah sangat penting dalam banyak aplikasi bahwa pengdengar atau
pemakai tidak sadar akan adanya data watermark yang disisipkan. Dapat
diaplikasikan dengan membandingkan signal-to-noise dari data penampung sebelum
dan sesudah data watermark disisipkan.
3.
Conceptual
Complexity
Adalah beban kerja yang dibuthkan
untuk proses penyisipan data dan pengambilan data watermark ke dan dari data
penampung. Dapat dihitung dengan cara menghitung kompleksitas algoritma atau
berdasarkan CPU time yang dihabiskan proses.
4.
Robustness
to Signal Processing
Signal digital yang telah disisipi watermark sangat mungkin
mempengaruhi operasi pemrosesan signal biasa seperti kompresi, konfersi
analog/digital atau sebaliknya, linear filtering dll. Penting untuk diketahui
seberapa jauh suatu algoritma audio watermark dapat resistan terhadap
permrosesan signal biasa.
Kesimpulan
Dari
makalah ini dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam metode yang dapat
dipakai untuk membuat algoritma audio watermarking. Metode ini masing-masing
punya kelebihan dan kekurangan sendiri sehingga untuk implementasinya pun bisa
dikatakan spesifik untuk tujuan tertentu.
Diharapkan
dengan mengetahui metode-metode yang sudah ada dapat dikembangkan metode baru
yang lebih baik.
Algoritma
hasil implementasi metode ini sebaiknya diuji performansi. Kerangka uji yang
dibahas di makalah ini cukup memadai untuk menguji sebuah algoritma. Diharapkan
dengan menggunakan kerangka uji tersebut algoritma yang dihasilkan dapat
dilihat kelemahan -kelemahannya dan dapat diperbaiki.
Referensi
1. M. Arnold, Audiowatermarking: Features, Applications And Algorithms,
Department for Security Technology for Graphics and Communication Systems,
Fraunhofer-Institute for Computer Graphics.
2. J. D. Gordy and L. T. Bruton, Performance Evaluation of Digital Audio
Watermarking Algorithms,
Department of Electrical and Computer Engineering, University of Calgary
3.
Brickman,
Literature Survey on Audio Watermarking,
2003.
4.
J.
Foote and J. Adcock, Time Base
Modulation: A New Approach to Watermarking Audio and Images, FX Palo Alto Laboratory, Inc.
0 komentar: